Dalam rangka mempersiapkan Indonesia menghadapi perubahan global industri masa depan terkait dengan kendaraan bermotor dari berbahan bakar cair menjadi kendaraan listrik, perlu adanya konsep baru industri baterei nasional dari hulu sampai hilir yang harus disiapkan dengan matang. Upaya-upaya pemerintah khususnya pemangku kepentingan terkait telah dilakukan, diantaranya mendirikan Indonesia Battery Corporation (IBC) yang merupakan gabungan dari beberapa BUMN dan juga pendirian pabriknya belum lama ini. Namun perlu juga adanya upaya untuk mempersiapkan diri untuk kemandirian yang didukung oleh Penelitian, Pengembangan Teknologi dan Inovasi (Litbangtekin) agar Indonesia nantinya berperan sebagai produsen utama baterei “merah putih” dan Indonesia sebagai “center of excellent” baterei dunia.
Baterei yang berbasis Lithium (Li) ion selain untuk kendaraan listrik juga dapat digunakan sebagai penyimpan energi(storage) yang besar untuk kebutuhan perumahan di remote area atau wilayah 3T (Tertinggal, Terpencil dan Terdepan/Terluar). Teknologi baterei lithium inilah yang akan menjadi landasan ekonomi baru pasca pandemi yang harus menjadi pijakan yang kuat tinggal landas pesawat pengembangan ekonomi tahun mendatang ini. Bahasan tuntas semua pembicara dapat digunakan acuan untuk mensinergikan potensi hulu sampai hilirnya dengan warna merah putih.
Baterei Merah Putih
Ir. Samsulhadi sebagai Ketua Umum Lembaga Kajian Nawacita (LKN) dalam sambutannya menyampaikan, LKN terus berupaya untuk mempersiapkan dan mendukung era masa depan yang mau tidak mau akan kita hadapi. Upaya tersebut diantaranya melalui sinergi kegiatan dalam bentuk dialog nasional ini dengan bahasan utama terkait dengan rencana umum LKN, program tim baterei-EV nasional, potensi riset dan inovasi untuk mendukung program baterei nasional. Samsul berharap dengan dialog ini bisa mensinergikan semua potensi “merah putih”, mengurangi tumpang tindih riset dan inovasi serta bagaimana langkah komersialisasi hasil inovasi terebut kedepannya yang mempunyai arah tujuan sama antara BRIN dan Kemenristekdikti melalui pembicara-pembicara yang kompeten di bidangnya menjadi solusi yang dihasilkan secara detail dalam kegiatan dialog ini.
Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Dr.Mego Pinandito M.Eng yang mewakili Kepala BRIN dalam pengarahannya menyampaikan kegiatan BRIN saat ini terus berbenah dalam penyatuan beberapa lembaga untuk mengurangi duplikasi riset. Peningkatan peran kontribusi swasta dalam beberapa program yang direncanakan juga terus diupayakan dalam rangka sinergi dan integrasi untuk mengurangi tumpang tindih kegiatan riset dan inovasi yang dilakukan. Selain itu BRIN juga telah membuat program National Talent Management in Research and Innavation baik pendidikan maupun kerjasama international dengan mengundang Profesor dan timnya untuk melaksanakan riset bersama di Indonesia. Riset bersama dari berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta akan diwadahi dalam sebuah “rumah program” bidang tertentu yang mempunyai arah sama dan didukung oleh beberapa sumber daya dari berbagai potensi secara bersama sama.
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik (ORIPT) Dr. Agus Haryono dalam paparannya menyampaikan perkembangan riset dan inovasi saat ini demikian sangat pesat harus terus didukung sebagai pemahaman bersama dalam rangka persiapan langkah-langkah kegiatan nyata sebagai implementasi Perpres 55/2019 yang mewajibkan industri membangun fasiltas manufaktur di dalam negeri. Selain kegiatan-kegiatan riset di BRIN terkait material baterei juga sudah dilakukan ORIPT kerjasama-kerjasama riset dengan swasta. Hasil-hasil kerjasama tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut agar menjadi champion sinergi masa depan tidak hanya memanfaatkan devisa tetapi sekaligus penyiapan SDM dan inovasinya yang akan dapat diambil hasilnya untuk proses industrialisasi lebih lanjut.
Dari Limbah jadi Berkah
Dari pelaku industri yang mempunyai sumber bahan baku walaupun berupa limbah Dirut Geodipa Ir. Riki Firmanda Ibrahim M.Sc menekankan pentingnya terus berupaya sinergi potensi mulai hulu sampai hilir terus diupayakan agar nantinya menjadi kekuatan yang utuh untuk mendukung skenario besar pemerintah sehingga dukungan riset dan inovasi akan terus dilakukan PT Geodipa Energi agar mempunyai dampak secara nasional yang dapat dibanggakan semua pemangku kepentingan. Potensi sumber bahan baku baterei dari “limbah” industri panas bumi dan pasar baterei listrik global serta peluang Indonesia menjadi raksasa dunia di industri baterei listrik yang besar. Geodipa Energi sebagai BUMN dan juga sebagai Special Mission Vehicle (SMV) yang berbasis panas bumi harus tetap mendukung program nasional terkait sumber bahan baku dari limbahnya khususnya lithium dan silika. Oleh karena itu baterei “merah putih” sebagai komponen utama industri mobil listrik yang terintegrasi dengan potensi sumber bahan bakunya harus disiapkan secara sungguh-sungguh dan cepat yang akan dapat mendukung program Net Zero Emission (NZE).
Sementara itu, Dr. Himawan Bayu Petrus dalam webinar ini banyak menyampaikan hasil-hasil riset yang berkaitan dengan sumber-sumber unconvensional yang juga tidak kalah menarik harus menjadi prioritas sebagai sumber pendukung seperti silica untuk komponen anoda, logam tanah jarang (LTJ) yang belum menjadi perhatian industri baterei. Silica bisa menjadi bahan penting ada di geothermal brine yang sudah tersedia dalam cairan dan mudah untuk diproses pemurniannya yang telah dilakukan kerjasama tim peneliti dari UGM, LIPI, dan PT Geodipa Energi Dieng dengan proses presipitasi silica dengan percepatan bahan seed.
Hasil penelitian silica yang berbentuk amorph dalam ukuran nano digunakan untuk aplikasi-aplikasi lain, seperti, material konstruksi, biomaterial, material sensor, dan modifikasi surface untuk meningkatkan sifat hydrophobic (bekerjasama dengan INDI UGM). Selain itu, disampaikan pula hasil-hasil penelitian terkait proses recovery lithium dari “limbah” geothermal dan saat ini telah berhasil skala laboratorium mencapai 70%. Sehingga Bayu menekankan pentingnya sumber secondary resources tidak hanya lithium yang bernilai tambah tinggi untuk menjadi perhatian riset kedepan dalam mendukung program baterei merah putih.
Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi dari Universitas Indonesia lebih menekankan pentingnya sumber limbah yang masih berpotensi mengandung material-material berharga yang cukup banyak. Johny menjelaskan bahwa banyak material baterei antara lain nickel, cobalt lithium, mangan, aluminium perlu juga menjadi perhatian para peneliti. “Kita punya lithium yang cukup banyak dan tersebar, jumlahnya menurut saya sangat banyak,” kata dia.
Dia menambahkan bahwa limbah Feronickel, teraknya masih sangat banyak sekali, 6 kali dari hasil nickelnya yang bisa mencapai 12 juta ton. Di dalam limbah tersebut masih terkandung banyak material yang mungkin sudah masuk sebagai Critical Materials (CMs) yang harganya jauh lebih tinggi dari hasil nickelnya, yang juga dapat mendukung sebagai bahan baku baterei.”Jangan limbah-limbah itu dibiarkan saja, tetapi kita proses untuk kemakmuran kita”, ujar dia.
Acara dialog nasional LKN diakhiri dengan presentasi Prof. Dr. Zaki Mubarok dari ITB yang menyampaikan hasil-hasil riset timnya terkait sumber material utama yaitu nickel. Zaki menilai, material baterei saat ini adalah Ni-sulfate yang digunakan dengan kemurnian diatas 99 persen. Kenapa baterei EV berbasis Ni-Sulfat, karena selain mempunyai densitas energi yang tinggi, keamanan yang baik, umur pakai (durabilitas) yang lama dan relatif murah jika dibandingkan dengan tipe lainya.
Tetapi tipe-tipe lain masih tetap menjadi perhatian para peneliti dan berbagai negara dengan tujuan menghasilkan inovasi baterei yang kapasitas energinya besar, waktu pengisiannya cepat, ringan dan yang penting harganya murah. Baterei merah putih harus tetap menjadi rumah program nasional yang mempunyai satu pintu dengan jendela yang sangat banyak sehingga dapat menghasilkan sebuah inovasi yang dapat dibanggakan kita semua. ***